FIFA Akui Jabulani Bermasalah

Posted: 27 Juni 2010 in OLAHRAGA

TEMPO Interaktif , Johannesburg – FIFA akhirnya mengakui kemungkinan adanya masalah dengan Jabulani, bola resmi Piala Dunia 2010, tapi mereka tak akan melakukan tindakan apa pun hingga usai turnamen.

Banyak pemain mengeluhkan bola produk Adidas lantaran susah diprediksi arahnya dan meluncur terlalu cepat di udara serta menyamakannya dengan bola yang biasa dibeli di supermarket ball.

“Kami tak tuli,” kata sekjen FIFA, Jerome Valcke, dalam jumpa pers, Sabtu (26/6). “FIFA tidak bersikap resisten terhadap apa yang telah dikatakan mengenai bola ini.”

Valcke mengatakan FIFA akan mendiskusikan isu tersebut dengan para pelatih dan perwakilan tim peserta seusai Piala Dunia sebelum bertemu dengan pihak Adidas.

“Ada aturan tentang ukuran dan beratnnya. … Tapi But tersebut harus sempurna,” tambahnya.

Para kiper hampir selalu mengeluhkan bola yang dipakai dalam beberapa Piala Dunia terakhir, tapi kali ini kritikan juga datang dari para striker bahkan pelatih.

Pelatih Brasil Dunga sempat terlibat adu mulut dengan Valcke tentang Jabulani sebelum turnamen dan menantang pejabat FIFA itu untuk turun ke lapangan dan mencoba mengendalikannya.

Bek Denmark, Daniel Agger, mengatakan bola tersebut membuat para pemain di lapangan seperti “para pelaut mabuk.”

Jabulani bahkan berpotensi menimbulkan masalah yang lebih besar mulai babak 16 Besar karena beberapa pertandingan kemungkinan ditentukan lewat adu penalti.

“Bola-bola telah mengalami perubahan dalam beberapa tahun terakhir. Bola- bola itu menjadi jauh lebih cepat terutama di Johannesburg yang terletak pada ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut yang membuat bola jauh lebih cepat lagi (karena tipisnya oksigen),” kata mantan kiper Jerman, Oliver Kahn. “Karenanya, para kiper harus bekerja lebih keras, tapi saya pikir kita tak boleh menjadikan bola atau ketinggian sebagai alasan.

Jumlah gol sepanjang putaran pertama di Afrika Selatan hanya 101 gol, jauh di bawah catatan Piala Dunia 2006 yang mencapai 117. Tapi, kali ini banyak tim yang bermain defensif sehingga sulit untuk menuding bola sebagai faktor utama penyebab minimnya gol.

Dengan tingkat produktivitas seperti itu, Piala Dunia kali ini kemungkinan memunculkan rekor rata-rata gol terendah. Sepanjang putaran pertama tercatat rata-rata 2,1 gol per partai. Sementara pada Piala Dunia 1990, di mana paara pesertanya juga cenderung defensif, tercatat rata-rata 2,21 gol per partai.

Adidas telah membuat bola resmi Piala Dunia sejak 1970 dan mereka dikontrak hingga 2014. Pihak Adidas sendiri berusaha membela Jabulani dengan menyebut bola itu telah dibagi-bagikan kepada semua tim peserta Piala Dunia untuk mencobanya sebelum turnamen digelar.

“Asda banyak keluhan tentang stadion, infrastruktur dan TV, tapi yang pertama harus dikhawatirkan adalah bola, pul sepatu dan kostum,” kata kiper Italia Gianluigi Buffon. “Saya tak mengerti kenapa kita tak kembali saja ke bola versi hitam-putih yang dulu bisa kita mainkan saat masih anak-anak.”

Sisi estektika bola juga ikut dipermasalahkan ujar Valcke dan itulah sebabnya Jabulani dibuat dengan dominasi warna putih setelah bola-bola sebelumnya dikritik lantaran terlalu berwarna.

Jangan lupa koment ya…..salam.

Komentar
  1. bernadusnana berkata:

    namanya sepak bola, selalu ada perdebatan

Tinggalkan komentar